Benny Laos Didemo Saat Sambutaan Launching Festival Morotai Di Landmark Kota Ternate

HEADLINE168 Dilihat

MOROTAI,Rakyatkini.com – Lounching festival Morotai, atau Land Of Stories Season II yang berlangsung di Landmark Kota Ternate, Sabtu (14/03) malam lalu, disambut aksi demonstrasi oleh organisasi PB Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Morotai (Hippamoro) Malut.

Dimana saat Bupati Morotai, Benny Laos naik ke pedium untuk memberikan sambutan, puluhan mahasiswa yang tergabung dengan para tamu undangan, lantas berdiri serentak menutup mulut dengan lakban alias aksi bisu dengan membawa sejumlah poster bertuliskan “Kami butuh parawisata berbasis desa, pelatihan SDM Parawisata di Desa serta sejumlah tuntutan lainnya”

Bari data yang dihimpun koran ini, aksi puluhan mahasiswa yang berasal dari Morotai yang kuliah di kota Ternate itu terjadi pada saat Bupati Morotai Benny Laos memberikan sambutan, saat mengampaikan sambutan awal, puluhan mahasiswa yang saat itu berada di areal kegiatan langsung maju di depan

Dihadapan staf ahli Kementerian Parawisata Ekonomi Kreatif bidang reformasi birokrasi Ari Juliano Gema,Wakil Gubernur Ali Yasin, Rektor Ummu Prof Saiful Deni dan semua tamu undangan baik dari provinsi dan kabupaten kota se Malut.
Aksi para mahasiswa itu ternyata menarik perhatian tamu. Sebab, para mahasiswa berbaris dan menutup sebagian tempat di depan para tamu. Bahkan, sambutan bupati pun sedikit terganggu dengan aksi yang mereka melakukan.

Bahkan, adu jotos nyaris terjadi antara kepolisian dan mahasiwa, jalan raya dilokasi kegiatan macet akibat adanya aksi para mahasiswa tersebut.

Ketua Hippmamoro Malut Rijal Popa, dalam rilisnya kepada Media ini mengatakan kehadiran parawisata itu dalam rangka meningkatkan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan dan mengatasi pengangguran sesuai dengan pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2019 tidak memberi dampak ekonomi terhadap masyarakat.

Namun, parawisata Morotai yang dilakukan kedua kalinya di tempat yang sama ternyata tidak memberikan konstribusi buat masyarakat lokal.

“Kegiatan land of stories pertama tahun 2019 kemarin menjadi catatan pilu, contohnya 2019 peserta penari kolosan bambu hitada memprotes karena upahnya tidak dibayar, PAD disektor parawisata 2019 terjun bebas, dan puncak acara festival terkesan hanya merayakan hari lahir Bupati Morotai (Benny Laos), “katanya.

Kata dia, parawisata adalah pembangunan kemanusiaan, jika keluar dari konteks itu maka akan menimbulkan konflik sosial, ketersinggungan dan kecemburuan sosial karena orientasi mencari keuntungan semata.

“Saat ini krisis ekonomis sedang mengintai, Land Of Stories Morotai festival itu hanya menguntungkan segelintir orang, masyarakat bawah hanya mendapatkan setetes keuntungan, “kesalnya.

“Pemda segera kembangkan parawisata berbasis desa, tujuannya agar seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat, memberikan pelatihan SDM agar supaya masyarakat mampu mengelola potensi wisata di masing masing desa dan sebagainya, “terangnya. (gk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *